Segala puji bagi Allah aku menyembah,meminta pertolongan,dikala susah dan senang hanya kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi Nya,Solawat serta salam tercurah kepada Imam dan junjunan kita Muhamad Sololohu alaihi wasalim.para sahabat beliau,tabiin ,at ta biutabiin,dan yang mengikuti jalannya.
Tauhid adalah perintah Allah yang paling besar. Dan kemusyrikan adalah
larangan Allah yang paling besar juga. Syirik (kemusyrikan) adalah menjadikan
sekutu atau tandingan bagi Allah Ta'ala di dalam rububiyah
(perbuatan-Nya), uluhiyah (hak-Nya untuk ditaati secara mutlak dengan
penuh kecintaan dan pengagungan), dan asma' dan sifat (nama-nama-Nya
yang indah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna). Dan yang umum, terjadinya
kemusyrikan adalah di dalam uluhiyah. Yaitu seseorang berdoa kepada Allah
dan kepada selain-Nya, atau mempersembahkan sesuatu dari jenis-jenis ibadah
kepada selain Allah, seperti penyembelihan binatang, nadzar, rasa
takut, berharap, dan kecintaan (Kitab Muqarrar Tauhid lish Shaff
ats-Tsalits al-'Ali fil Ma'ahid al-Islamiyah, juz 3, hal. 10).
Maka, barangsiapa mengenal keagungan tauhid dan mengetahui bahaya
kemusyrikan dengan sebenarnya, maka dia akan berusaha mewujudkan tauhid dan
menjauhi kemusyrikan. Bahkan, dia juga khawatir dan takut terhadap kemusyrikan,
jangan sampai dia terjerumus ke dalamnya, baik dengan sengaja atau tidak
sengaja.
Mengapa orang harus takut terhadap kemusyrikan? Inilah di antara
perkara-perkara yang melandasi hal tersebut:
1. Kemusyrikan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah di akhirat.
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” (Qa. an-Nisa': 48).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata di
dalam tafsirnya pada ayat ini, “Allah Ta'ala memberitakan bahwa Dia
tidak akan mengampuni orang yang menyekutukan-Nya dengan seorangpun dari
kalangan makhluk. Dan Dia akan mengampuni dosa-dosa selain (syirik) itu, baik
dosa-dosa kecil atau besar, yaitu sewaktu Dia berkehendak mengampuninya, jika
ditetapkan oleh hikmah-Nya dan ampunan-Nya.... Ini berbeda dengan syirik,
karena seorang musyrik telah menutup pintu-pintu ampunan atas dirinya, dan
mengunci pintu-pintu rahmat, sehingga seluruh ketaatan tanpa tauhid tidak akan
bermanfaat baginya, musibah-musibah tidak akan berfaidah sedikitpun baginya,
dan pada hari kiamat mereka tidak mempunyai pemberi syafa'at seorangpun, dan
tidak pula mempunyai teman yang akrab.” (Taisir Karimir Rahman Fi Tafsir
Kalamil Mannan).
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ
عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka (para Nabi) mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah
dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qa. al-An'am: 88).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata di
dalam tafsirnya pada ayat ini, “Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan, dan
menyebabkan kekal di dalam neraka. Maka, jika hamba-hamba pilihan tersebut
(yakni para Nabi) seandainya berbuat syirik -tetapi mereka tidak mungkin- niscaya
lenyaplah amalan-amalan mereka, maka terlebih lagi selain mereka.” (Taisir
Karimir Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan).
Dia juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ
وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
sebelummu,'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.'” (Qs. az-Zumar: 65).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata di dalam
tafsirnya pada ayat ini, “Maka, di dalam nubuwah seluruh nabi bahwa syirik itu
melenyapkan amalan, sebagaimana Allah telah berfirman di dalam surat al-An'am.”
(Taisir Karimir Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan).
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, “Dan
telah maklum berdasarkan dalil-dalil syari dari al-Kitab dan as-Sunnah,
bahwa seluruh amalan dan perkataan hanyalah sah dan diterima jika muncul dari
aqidah shahihah (yang benar). Jika aqidah tidak shahihah,
maka seluruh amalan dan perkataan yang muncul daripun menjadi batal.” (Aqidah
Shahihah Wa Nawaqidhul Islam, hal. 3).
3. Mati dalam keadaan syirik pasti masuk neraka dan kekal selamanya.
Allah Ta'ala berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ
قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَابَنِى
إِسْرَاءِيلُ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya
Allah ialah al-Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata,
'Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu'. Sesungguhnya, orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga
kepadanya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu
seorang penolongpun.'” (Qs. al-Maidah: 72).
4. Nabi Ibrahim mengkhawatirkan kemusyrikan terhadap diri beliau dan keturunan beliau.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ
اْلأَصْنَامَ , رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, 'Ya Rabbku, jadikanlah negeri
ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari
menyembah berhala-berhala. Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu
telah menyesatkan kebanyakan dari manusia.” (Qs. Ibrahim: 35-36).
Kalau Nabi Ibrahim saja tidak merasa aman dari syirik, padahal beliau adalah
khalil (kekasih) Allah, bapak para Nabi, dan imam bagi para ahli tauhid, maka
bagaimanakah dengan selain beliau?! Mestinya lebih merasa tidak aman, amat
takut terjerumus ke dalam kemusyrikan.
5. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengkhawatirkan kemusyrikan terhadap umat beliau.
Beliau telah bersabda di dalam sebuah hadits yang shahih.
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ
كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً
“Sesungguhnya, yang paling aku takutkan terhadap kamu adalah syirik
ashghar (syirik kecil). Para sahabat bertanya, 'Apakah syirik ashghar itu wahai
Rosulullah?' Beliau menjawab, 'Riya'.' Allah 'Azza wa Jalla akan berkata kepada
mereka pada hari kiamat, apabila seluruh manusia telah dibalas amal-amal
mereka, 'Pergilah kepada orang-orang yang kamu berbuat riya' di dunia, kemudian
lihatlah, apakah kamu akan mendapatkan balasan pada mereka!” (HR. Ahmad,
no. 23119; ath-Thabarani di dalam al-Kabir, no. 4301; dari Mahmud bin
Labid. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Silsilah ash-Shahihah,
no. 951).
Inilah di antara perkara yang mengharuskan manusia untuk takut dan waspada
terhadap kemusyrikan. Intinya adalah sebagaimana penjelasan Imam Ibnul Qayyim
ketika beliau menerangkan tentang keburukan-keburukan syirik. Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “Karena syirik kepada Allah bertentangan sama
sekali dengan tujuan ini (tujuan penciptaan, diutusnya para rasul dan
diturunkannya kitab-kitab-Nya), maka syirik merupakan dosa besar yang terbesar
secara mutlak, dan Allah mengharamkan surga bagi setiap orang musyrik,
menghalalkan darahnya, hartanya, dan keluarganya untuk orang-orang yang
bertauhid, dan menjadikan orang-orang musyrik sebagai budak mereka, ketika
orang-orang musyrik tidak melaksanakan peribadahan kepada Allah. Dan Allah
enggan menerima amalan dari orang musyrik, atau menerima syafa'at untuknya,
atau mengabulkan doanya di akhirat, atau menggugurkan kesalahannya di akhirat.
Karena orang musyrik adalah orang yang paling bodoh, karena telah menjadikan
tandingan bagi Allah dari makhluk-Nya, hal itu merupakan puncak kebodohan
terhadap-Nya, sebagaimana itu merupakan puncak kezhaliman darinya. Walaupun
orang musyrik itu tidaklah menzhalimi Rabb-nya, tetapi dia hanyalah
menzhalimi dirinya.” (Ad-Da' Wad Dawa', hal. 197, dengan penelitian Syaikh
Ali bin Hasan al-Halabi, penerbit Dar Ibnil Jauzi).
Semoga Allah selalu menlindungi penulis, pembaca serta umat Islam semuanya
dari kemusyrikan. Hanya Allah tempat memohon perlindungan.
Penulis: Ustadz Muslim Al-Atsari
.
0 komentar:
Posting Komentar