Sabtu, 05 Juli 2014

Hati yang sehat

SEBAB-SEBAB LAPANGNYA DADA[1] DAN SEHATNYA HATI
Pengobatan yang paling ampuh terhadap penyakit-penyakit hati dan sempitnya dada adalah dengan cara sebagai berikut:
1.        Mengikuti petunjuk dan tauhid, sebagaimana kesesatan dan syirik itu merupakan faktor terbesar bagi sempitnya dada.
2.        Beriman dengan cahaya iman yang benar, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya juga amal shalih (yang dilakukan seseorang).
3.        Mencari ilmu yang bermanfaat. Setiap kali ilmu seseorang bertambah luas, maka akan semakin lapang dan luas pula hatinya.
4.        Bertaubat dan kembali -taat- kepada Allah yang Mahasuci, mencintai-Nya dengan segenap hati, serta menghadapkan diri kepada-Nya, dan me-nikmati ibadah kepada-Nya.
5.        Terus-menerus dalam berdzikir kepada-Nya, dalam segala kondisi dan tempat. Sebab dzikir mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan dalam melapangkan dan meluaskan dada, menyenangkan hati, serta menghilangkan kebimbangan dan kedukaan.
6.        Berbuat baik kepada sesama makhluk dengan melakukan berbagai perbuatan baik kepada mereka sedapat mungkin. Sebab seseorang yang murah hati lagi baik adalah manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya dan paling bahagia hatinya.
7.        Mengeluarkan berbagai kotoran hati dari berbagai sifat tercela yang menyebabkan hatinya menjadi sempit dan tersiksa, seperti; dengki, kebencian, iri, permusuhan dan kezhaliman. Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah ditanya tentang sebaik-baik manusia, maka beliau pun menjawab:
كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقُ اللِّسَانِ
"Setiap orang yang bersih hatinya dan selalu benar/jujur lisannya"
Mereka berkata: "Mengenai shaduqul lisan (jujur/benar lisannya) kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan makhmuumul qalbi?" Beliau menjawab:
هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
"Yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat dosa pada dirinya, tidak zhalim, tidak iri dan juga tidak dengki."[2]
8.        Keberanian, sebab seorang yang berani mem-punyai dada yang lebih lapang dan hati yang lebih luas.
9.        Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengar, bergaul, makan dan tidur. Karena meninggalkan hal itu merupakan salah satu faktor yang dapat melapangkan dada, menyenangkan hati, dan menghilangkan kedukaan dan kesedihan.
10.    Menyibukkan diri dengan amal atau ilmu yang bermanfaat, karena hal tersebut dapat menghindarkan hati dari hal-hal yang meng-goncangkannya.
11.    Memperhatikan kegiatan hari ini dan tidak perlu khawatir terhadap masa yang akan datang atau pada kesedihan yang terjadi pada masa-masa lalu. Seorang hamba harus selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hal-hal yang bermanfaat baginya baik dalam hal agama maupun dunianya. Juga memohon kesuksesan kepada Rabbnya dalam mencapai maksud dan tujuan, serta memohon agar Dia berkenan membantunya dalam mencapai tujuan tersebut. Karena hal tersebut dapat menghibur dari kedukaan dan kesedihan.
12.    Melihat kepada orang yang ada di bawah Anda dan jangan melihat kepada orang yang ada di atas Anda dalam 'afiat (kesehatan, keselamatan) dan hal-hal yang berkenaan dengannya, juga dalam rezeki dan hal-hal yang berkenaan dengannya.
13.    Melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan yang telah terjadi pada masa lalu yang tidak mungkin dicegah, sehingga tidak larut memikirkannya.
14.    Jika dia tertimpa musibah, maka hendaklah dia berusaha meringankan agar dampak buruknya bisa dihindari, serta berusaha keras untuk mencegahnya sesuai dengan kemampuannya.
15.    Adanya kekuatan hati dan tidak tergoda serta terpengaruh oleh angan-angan dan berbagai khayalan yang ditimbulkan oleh pemikiran-pemikiran buruk, menahan marah, serta tidak mengkhawatirkan pada hilangnya hal-hal yang menyenangkan dan datangnya berbagai hal yang tidak menyenangkan, tetapi menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah عزّوجلّ dengan melakukan faktor-faktor yang bermanfaat,[3] serta memohon ampunan dan 'afiat kepada Allah.
16.    Menyandarkan hati hanya kepada Allah 'M seraya bertawakal kepada-Nya, berbusnudzan (berbaik sangka) kepada-Nya عزّوجلّ (Dzat Yang Mahasuci lagi Mahatinggi). Sebab orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan dipengaruhi oleh kebimbangan dan keraguan.
17.    Seseorang yang berakal mengetahui, bahwa kehidupannya yang benar adalah kehidupan yang bahagia dan tenang. Karena kehidupan itu singkat sekali, bahkan sangat sebentar, maka janganlah ia dipersingkat lagi dengan adanya berbagai macam kesedihan dan memperbanyak keluhan, karena justru hal itu bertolak belakang dengan kehidupan yang benar dan sehat.
18.    Jika tertimpa suatu hal yang tidak menyenangkan, hendaklah dia membandingkan dengan berbagai kenikmatan yang telah dilimpahkan kepadanya, baik yang berupa agama maupun duniawi. Pada saat membandingkan tersebut maka akan tampak jelas bahwa kenikmatan yang telah diperolehnya jauh lebih banyak. Selain itu, perlu kiranya ia membandingkan antara terjadinya bahaya yang ditakutkannya dengan banyaknya kemungkinan keselamatan, maka kemungkinan yang lemah tidak mungkin mengalahkan kemungkinan yang lebih banyak dan kuat. Dengan demikian akan hilanglah kesedihan dan rasa takutnya.
19.    Mengetahui bahwa gangguan dari orang lain tidak akan memberikan madharat (bahaya) padanya, khususnya yang berupa ucapan buruk, tetapi hal itu justru akan memberikan madharat kepada diri mereka sendiri. Hal itu tidak perlu dimasukkan ke hati dan difikirkan sehingga tidak membahayakannya.
20.    Mengarahkan pikirannya terhadap hal-hal yang membawa manfaat bagi dirinya, baik dalam urusan agama maupun dunia.
21.    Hendaklah ia tidak menuntut terima kasih atas kebaikan yang telah dilakukannya kecuali dari Allah. Dan hendaklah dia mengetahui bahwa hal tersebut adalah mu'amalahnya (hubungannya) dengan Allah, sehingga tidak mempedulikan terima kasih dari orang yang telah diberinya. Allah عزّوجلّ berfirman:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insaan: 9).
(Dan hal ini (point 21 ini) lebih ditekankan lagi dalam mu'amalah dengan keluarga dan anak-anak.)
22.    Memperhatikan pada hal-hal yang bermanfaat dan berusaha untuk dapat merealisasikannya, serta tidak memperhatikan pada hal-hal yang berbahaya, sehingga otak dan pikirannya tidak disibukkan olehnya.
23.    Berkonsentrasi pada aktivitas yang ada sekarang, dan menyisihkan aktivitas yang akan datang sehingga aktivitas yang akan datang kelak dapat dikerjakan secara maksimal dan sepenuh hati.
24.    Memilih dan berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas dan ilmu-ilmu yang bermanfaat, yakni, mengutamakan yang lebih penting, khususnya yang benar-benar menjadi keinginan. Dan dalam hal itu hendaklah dia memohon pertolongan kepada Allah, lalu meminta pertimbangan orang lain, dan jika pilihan itu telah pasti, maka hendaklah bertawakal kepada Allah.
25.    Menyebut-nyebut (memuji) nikmat-nikmat Allah, baik yang dzahir maupun yang batin. Sebab dengan mengetahui dan menyebut-nyebut (memuji) nikmat-nikmat tersebut, maka Allah akan menghindarkan dirinya dari kebimbangan dan kesusahan, dan Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya agar selalu bersyukur kepada-Nya.
26.    Hendaklah Anda mempergauli dan memperlakukan pasangan (suami maupun isteri) dan kaum kerabat serta semua orang yang mempunyai hubungan dengan Anda secara baik. Jika Anda menemukan suatu aib, maka tidak perlu menyebarluaskan aib tersebut, tetapi lihat pula berbagai kebaikan yang ada padanya, dan kiranya akan lebih baik jika dilakukan perbandingan antara keduanya (aib dan kebaikan). Karena dengan demikian itu, maka persahabatan dan hubungan akan terus langgeng dan dada pun akan menjadi semakin lapang. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
"Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan (isteri), seandainya dia membenci suatu akhlaknya, maka dia pasti meridhai sebagian lainnya. "[4]
27.    Do'a memohon perbaikan semua hal dan urusan. Dan do'a yang paling agung berkenaan dengan hal itu adalah:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
"Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi benteng bagi urusanku, dan perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang di sana menjadi tempat kembaliku. Dan jadikanlah kehidupan sebagai tambahan bagiku pada setiap kebaikan, dan kematian sebagai istirahat bagiku dari setiap kejahatan." [5]
Demikian juga dengan do'a berikut ini:
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
"Ya Allah, rahmat-Mu yang aku harapkan. Oleh karena itu, janganlah Engkau menyerahkan aku pada diriku sendiri meski hanya sekejap mata. Dan perbaikilah keadaanku secara keseluruhan, tidak ada Ilah (yang berhak di-ibadahi) melainkan hanya Engkau."[6]
28.    Jihad di jalan Allah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
جَاهِدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللهِ بَابٌ مِنْ أَبْوَابِ الْـجَنَّةِ، يُنَجِّي اللهُ بِهِ مِنْ الْـهَمِّ وَالْغَمِّ
"Berjihadlah di jalan Allah, karena jihad di jalan Allah merupakan salah satu dari pintu-pintu Surga, yang dengannya Allah menyelamatkan dari kedukaan dan kesedihan."[7]
Sebab-sebab dan sarana-sarana ini merupakan pengobatan yang sangat bermanfaat bagi berbagai penyakit jiwa sekaligus penyembuh yang sangat ampuh untuk menghilangkan kegoncangan jiwa bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya secara jujur dan penuh keikhlasan. Dan sebagian ulama pernah menggunakannya untuk pengobatan beberapa keadaan dan penyakit hati, dan Allah pun memberikan manfaat yang sangat luar biasa dahsyatnya pada pengobatan tersebut.[8]


1.  Mengenai hal ini, silahkan melihat penjelasan tentang kelapangan dada dalam Zaadul Ma'aad (11/23-28), juga al-Wasa'ilul Mufidah lil hayaatis Sa'idah, karya ‘Allaamah Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'adi.
2.  HR. Ibnu Majah (no. 4216), lihat juga Shahih lbnu Majah (11/411) no. 3397
3.  Contoh dari hal-hal yang bermafa'at:
-        Menuntut ilmu syar'i, belajar ilmu syar'i.
-        Mengamalkan ilmu syar'i, melaksanakan yang wajib-wajib yang sudah diketahui, shalat berjama'ah, berbuat baik pada orang tua, baca al-Qur'an, baca dzikir, bara buku-buku yang benar menurut pemahaman sahabat.
-        Bershadaqah, menolong orang yang kesulitan dan lainnya.
-        Melaksanakan rukun Islam dan lain-lainnya.
4.  Muslim (II/1091) no. 1469 (61)
5.  HR. Muslim (IV/2087) no. 2720 (71)
6.  HR. Abu Dawud (5090), Ahmad (V/42) - Hasan.
7.  HR. Ahmad (V/314, 316, 319) dan al-Hakim, dishahihkan dan disepakati oleh adz-Dzahabi (II/75)
8.  Lihat Muqaddimatid Wasa 'ilil Mufidah, (cetakan kelima, hal. 6)
.

0 komentar:

 
Design By Taufik.R / miftah / QSTV | Published By QSTV