PENANGGULANGAN MUSIBAH
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ
مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا
تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
"Tidak
ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)pada dirimu sendiri,
melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri." (QS. Al-Hadiid: 22-23).
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ
قَلْبَهُ وَااللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah,
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Mahamengetahui
segala sesuatu. "(QS. At-Taghaabun: 11).
مَا
مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا
أَجَرَهُ اللَّهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
“Tidaklah seorang hamba ditimpa suatu musibah
lalu mengucapkan, 'Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali
kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam musibahku ini, dan berikanlah
ganti kepadaku dengan yang lebih baik darinya.' Melainkan
Allah memberikan pahala dalam musibahnya itu, dan menggantikan dengan yang lebih
baik baginya. "[1]
إِذَا
مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي
فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ
فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ
اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ
الْـحَمْدِ
“Jika
anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada Malaikat-Nya,
'Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?' 'Ya, benar,' para Malaikat
itu menjawab. Lalu Dia bertanya lagi, 'Apakah kalian telah mengambil buah
hatinya?' Mereka pun menjawab: 'Ya.' Kemudian Dia berkata: 'Apa yang dikatakan
oleh hamba-Ku itu?' Mereka menjawab: 'Dia memanjatkan pujian kepada-Mu dan
mengucapkan kalimat istirja' (Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un).''
Allah berfirman: 'Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di Surga dan berikan
nama padanya Baitul hamd (rumah pujian).” [2]
يَقُولُ
اللَّهُ تَعَالَى مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ
صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا
الْـجَنَّةُ
"Allah عزّوجلّ berfirman (dalam hadits qudsi): 'Tidaklah
ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman,
jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian dia
bersabar atas kehilangan orang kesayangannya itu melainkan Surga."[3]
يَقُولُ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ
(وَاحْـتَسَبَ) عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْـجَنَّةَ
"Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung
berfirman: 'Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya, lalu dia
bersabar (dan mengharapkan pahala), maka Aku akan menggantikan keduanya dengan
surga."'[4]
Yang dimaksudkan adalah kedua matanya.
مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ لَهُ
سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu
penyakit atau yang sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya
dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya."[5]
مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا
دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
"Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau
yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya karena hal itu satu derajat
dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya karena hal itu."[6]
مَا
يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى
الْـهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ
"Tidaklah rasa sakit yang terus-menerus,[7]
kepayahan, penyakit dan juga kesedihan yang menimpa seorang mukmin, bahkan
sampai kesusahan yang menyusahkannya,[8]
melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya."[9]
إِنَّ
عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا
ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ
السُّخْطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung
besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan
menguji mereka. Barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan, dan barangsiapa
yang murka, maka baginya kemurkaan."[10]
1.
HR.
Muslim (11/633) no. 918 (4)
2.
HR.
At-Tirmidzi, lihat Shahihut Tirmidzi (I/298) no. 814.
Hasan
3.
HR.
Al-Bukhari dalam al-Fath (XI/242)
4.
HR.
Al-Bukhari dalam al-Fath (X/116). Dan kata yang berada di antara dua
kurung tersebut dari kitab Sunan at-Tirmidzi. Lihat juga Shahihut
Tirmizdi (11/286)
5.
HR.
Al-Bukhari dalam al-Fath (X/I20) dan Muslim
(IV/I991)
6.
HR.
Muslim (IV/1991)
7.
Kata
al-washab berarti rasa sakit yang terus-menerus. Dan kata itu ada pada firman
Allah عزّوجلّ:
دُحُوراً
وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ
"...dan
bagi mereka siksaan yang kekal. " (QS. Ash-Shaffaat: 9).
Maksudnya,
terus-menerus. Lihat juga Syarhun Nawawi (XVI/130).
8.
Dikatakan
(menurut suatu pendapat), dengan memberikan harakat fathah pada huruf ya' dan
dhammah pada huruf ha', yakni Dan ada juga yang mengatakan dengan memberikan
harakat dhammah pada huruf ya' dan fathah pada huruf ha', yakni artinya
menyusahkannya. Keduanya adalah benar. Lihat Syarhun Nawawi
(16/130)
9.
Muslim
(IV/1993)
10.
HR.
At-Tirmidzi (2398) dan Ibnu Majah (4031) dan lihat Shahihut Tirmidzi
(II/286)
0 komentar:
Posting Komentar